Bersuara untuk Kesetaraan

 


Seperti kata pepatah, tidak ada yang terlahir sebagai rasis karena itu adalah sesuatu yang dipelajari orang saat mereka menghadapi sisi gelap kehidupan dan interaksi sosial. Karena rasisme adalah sebuah fenomena sosial yang masih ada di dunia kita saat ini. Meskipun kita hidup di era yang semakin maju dan beradab, rasisme masih menjadi masalah yang nyata. Rasisme mencerminkan ketidakadilan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap individu atau kelompok berdasarkan perbedaan ras atau etnis.

Pada tahun 2022 lalu, telah terjadi kasus rasisme yang menimpa pelajar asal Papua yang sedang mengikuti program Afirmasi Pendidikan Menengan (ADEM). Kejadian rasis itu bermula saat seorang guru sedang mengajar di kelas. Saat proses belajar mengajar itu, sang guru memberikan sanksi kepada salah satu pelajarnya karena tidak mengerjakan tugas. Ketika guru tersebut memberikan sanksi, terlontar kata-kata rasis “si hitam” yang membuat pelajar tersebut tidak terima.

Sehari setelahnya, guru tersebut mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa langsung mendatangi sekolah tersebut. Dengan harapan, keadaan sekolah bisa kondusif kembali sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi baik dan nyaman kembali.

Namun, mengapa rasisme bisa terjadi di lingkungan sekolah? Padahal pendidikan adalah landasan bagi perkembangan individu dan masyarakat. Lingkungan pendidikan yang inklusif dan setara adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan generasi yang beragam dan mampu menghargai perbedaan. Kasus seorang guru di Jember yang berkata rasis terhadap murid asal Papua itu mengungkapkan bahwa masih ada ketidakadilan dan prasangka yang berakar dalam sistem pendidikan.

Dengan kasus ini, saya berharap bahwa hal serupa tidak terulang lagi. Mengatasi rasisme membutuhkan komitmen bersama dan tindakan nyata. Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang rasisme dan implikasinya. Pendidikan yang inklusif dan penghapusan stereotipe negatif dapat membantu meruntuhkan prasangka. Pembuatan kebijakan yang adil dan perlindungan hukum yang kuat juga harus menjadi prioritas.


Muhammad Naufal Andriansyah

Saya adalah mahasiswa program studi Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama