5 Hal yang Bikin Warga Indonesia Culture Shock Tinggal di Swiss

 


Culture shock adalah suatu fenomena psikologis dan emosional yang dialami oleh seseorang ketika berpindah atau terlibat dalam lingkungan budaya yang berbeda secara signifikan dari budaya asal mereka. Pindah ke tempat baru dengan norma, bahasa, dan cara hidup yang berbeda dapat menimbulkan perasaan kecanggungan, kebingungan, bahkan ketidaknyamanan secara umum.

Perbedaan benua antara Indonesia dan Swiss tentunya membuat perbedaan kebudayaan dan pola hidup. Dengan itu, mungkin akan timbul rasa heran jika kita pertama kali datang ke Swiss.

Seperti yang dibahas oleh akun Tiktok @lifewitheveee, ini lah 3 hal yang bikin kita sebagai warga Indonesia merasa culture shock tinggal di Swiss:

1.      1. Dilarang berbicara keras di tempat umum

Di Indonesia, mungkin kita sudah terbiasa berbicara dan tertawa keras dimanapun kita berada. Keseruan dengan teman, keluarga, atau siapapun di tempat umum terkadang membuat kita tidak peduli dengan keadaan sekitar.

Berbeda dengan Swiss, berbicara keras ditempat umum dianggap mengganggu ketenangan dan mengganggu privasi orang lain. Warga di sana cenderung menyukai kesunyian dan suasana yang tenang.

2.      2. Makan Nasi Pakai Sendok

Jika berada dirumah, warga Indonesia mungkin lebih banyak makan nasi pakai tangan dibandingkan sendok. Kecuali ditempat umum seperti restoran, barulah kita cenderung menggunakan sendok.

Tetapi, hal yang umum di Swiss jika orang makan nasi menggunakan garpu. Hal tersebut mungkin terkesan aneh bagi warga Indonesia. Mereka menggunakan sendok hanya ketika makan makanan yang berkuah seperti sup.

3.      3. Tagihan Pembayaran

Setelah kita periksa di rumah sakit, biasanya kita langsung diberi tagihan pembayaran. Jika tidak membayar, biasanya kita tidak boleh pulang bahkan bisa mendapatkan sanksi.

Lain hal jika kita periksa di rumah sakit Swiss. Kebijakan di sana adalah mereka akan memberikan tagihan 2 atau 3 bulan setelahnya. Menurut informasi, kebijakan itu bertujuan agar sang pasien bisa fokus sembuh total. Kebijakan tersebut juga berlaku untuk tagihan pemakaian listrik dan tempat umum seperti Gym.

4.      4. Tidak Boleh Pelihara Satu Hewan

Jika memelihara binatang, jarang dari kita terpikirkan untuk memberinya teman. Bahkan banyak pula yang hanya memelihara 1 hewan dengan alasan terlalu repot jika punya banyak.

Di Swiss, pemerintah memberikan aturan untuk beberapa hewan seperti marmut, ikan mas, burung beo, dan hewan lain yang digolongkan sebagai hewan sosial harus memelihara mereka minimal dua sekaligus. Hal ini bertujuan agar mereka tidak kesepian dan bisa bersosialisasi.

5.      5. Tidak Boleh Buat Nama Anak Sembarangan

Di Indonesia banyak sekali nama-nama yang unik. Beberapa nama unik tersebut memang ada yang mempunyai alasan atau filosofi khusus.

Tetapi, di Swiss mempunyai aturan yang banyak dalam menentukan nama anak. Nama yang kita inginkan harus disetujui oleh pemerintah. Contohnya, nama-nama tersebut tidak boleh susah dibaca, berkaitan dengan benda, dan tokoh fiksi. Masyarakat Swiss percaya bahwa nama sangat penting, dan jika tidak ditentukan dengan baik akan berpengaruh pada masa depan anak tersebut.

Bagaimana nih pendapat kalian mengenai beberapa kebudayaan Swiss yang sudah disebutkan diatas? Apakah cocok jika diterapkan di Indonesia?


Muhammad Naufal Andriansyah

Saya adalah mahasiswa program studi Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama